Selasa, 13 September 2016

gw dan ....

Entah sejak kapan, isi blog ini cuma sekedar tulisan mengenai aku yang ditinggalkan olehmu.




Beberapa orang mengatakan bahwa kematian tidak akan memisahkan cinta. 
Ironi, mama menangis setiap kali kami mengunjungimu.
Anak keduamu, hanya bisa mengusap air matanya seraya berusaha tetap mengirimkan doa dan beberapa ayat untukmu.
Sedangkan kakakku yang tertua, selalu berusaha terlihat baik saja sembari tetap tersenyum agar bisa menghibur dua orang yang telah kusebutkan sebelumnya.
Aku? Entahlah, aku terlalu sibuk berandai-andai. Iya berandai-andai beberapa hal yang tidak akan mungkin terjadi lagi.
Kalau saja aku bisa menghilangkan drama yang kami ulang setiap kali kami mengunjungimu, mungkin aku akan lebih sering datang ke tempatmu, Pa.


Hai pa, 2 hari yang lalu aku baru bertamu ke tempat papa dimakamkan.
Kami tidak membawa apa-apa, kecuali sebuah tikar sebagai alas untuk duduk dan beberapa lembar kertas yang bertuliskan doa-doa yang belum kami hapal.
Makam papa banyak ditumbuhi rumput. Hal ini selalu kujadikan indikator sudah berapa lama aku tidak datang kemari.
Makam papa kelihatan sempit, karena tetangga kiri dan kanan papa memasang makam keramik sebagai pembatasnya.
Papa ingat pernah berpesan untuk jangan membuat bangunan apapun di atas makam papa? Tenang, kami melaksanakannya dengan sangat baik, tidak ada bangunan apapun di atas makam papa, hanya sebuah nisan yang bertuliskan nama, tanggal lahir, dan tanggal kembali. Bahkan tidak ada kolom cita-cita dan makanan kesukaan di nisan tersebut.


Hai pa, belakangan ini aku berhasil menjadi favorit dari cucu-cucumu.
Padahal, jika kau masih ada, mungkin mereka tidak akan menoleh sedikitpun kepadaku selagi bermain denganmu. Mereka sudah besar-besar, aku bahkan tidak sanggup lagi menggendong mereka semua sekaligus seperti yang sering kau lakukan dulu.
Mereka tidak lagi bertanya tentangmu. Apalagi si bungsu, jangankan bertanya tentangmu, bertemu denganmu pun ia tak pernah. Selisih 3 hari pa, dia lahir 11 Desember di tahun yang sama.


Hai pa, semuanya baik-baik saja.
Mama sehat dan masih terlihat seperti terakhir kali kau melihatnya.
Kak ira masih kebingungan dengan semua masalahnya seperti yang dulu kau khawatirkan.
Kak irma masih sangat bisa diandalkan bahkan jauh lebih dari yang dulu kau banggakan.
Bang delvi sudah menikah, dan aku yang mengantikan posisi papa ketika menjadi wali dalam pernikahannya. Mungkin itu pertama dan terakhir kalinya dia melakukan "sungkem" kepadaku.
dan lagi, sepertinya saat ini dia masih di rumah sakit menjaga istri dan calon ponakanku. 


Hei pa, beberapa orang bertanya apa yang sedang kulakukan.
Berbicara sendiri, menulis sendiri, menyimpan sendiri, mempublish sendiri, hanya agar pada akhirnya aku bisa membacanya sendiri dan mengingat lagi betapa menyedihkan menjadi aku yang kau tinggalkan.
Bukan, bukan kesedihan yang membuatku menulis.
Kau tahu alasanku menulis? Aku menulis karena aku takut dilupakan & aku takut melupakan. Melalui tulisan, aku mengabadikan banyak memory tentangmu, tentang kita. Hingga pada akhirnya, aku selalu berusaha memastikan bahwa aku tidak akan berada dalam posisi sebagai seseorang yang melupakan atau meninggalkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar